“Khalid Basaalamah sudah minta maaf soal Wayang, namun itu tidak menghilangkan esensinya bahwa sikap pikir keberagamaan dia berbahaya bagi Indonesia.”
Islam Indonesia punya ciri Khas yang mungkin tidak ditemui di belahan negara lainnya, yakni akulturasi budaya luhur moyang sebagai nilai dan tradisi agung, dengan Islam sebagai sebuah agama. Ini yang kemudian melahirkan corak Islam dengan nuansa Ke-Indonesiaan yang Khas dan telah turun-temurun menjadi sebuah entitas besar bangsa Indonesia.
Indoneisa adalah bangsa yang besar dengan segala nilai-nilai tradisi budayanya, masing-masing daerah mempunya ritus, tradisi, adat isitiadat yang mempunyai falsafah-falsafah luhur dari para moyang kita. Jika kita berbicara Jawa, Islam datang dengan sangat lembut dan membumi, datang bukan dengan bengis dan kemudian memusnahkan segala macam budaya dan tradisi luhur moyang kita.
Walisongo datang membawa Islam dengan sangat Arif dan Bijaksana, mengawinkan tradisi, adat dan karya agung moyang kita untuk menjadi nilai-nilai dakwah yang bisa diterima oleh Masyarakat saat itu. Wayang misalnya, sudah jauh ada sebelum Islam datang ke tanah Jawa, Walisongo lalu kemudian memberangus Wayang dengan dalil Kemusyrikan dan mengganggu ketauhidan kita? Big No, mereka adalah Begawan arif cendikia yang memaknai Islam dengan sangat luas, luwes, kontekstual dan bijaksana. Lalu seperti yang kita maklum bersama hingga hari ini, bagaimana Wayang ditangan Walisongo bisa menjadi media dakwah yang mampu bahkan mengajarkan Ketauhidan, Keesaan tuhan.
Bahkan dalam perjalanannya, Walisongo tidak memaksakan Istilah-istilah Arab yang hanya sebatas bungkus luar, hingga kini kita masih biasa mengatakan Sembahyang untuk menunaikan Sholat, Sekaten untuk memaknai Syahadatain dan lain sebagainya. Ratusan tahun sudah, Islam dan budaya luhur bangsa ini berjalan beriringan, melahirkan sebuah Entitas besar bernama Islam Indonesia. Lalu hari ini ada yang mencoba mengusiknya dengan alasan pemurnian ajaran agama?
Islam Indoensia sebagai sebuah entitas keberagamaan, melahirkan satu corak Islam yang toleran, menghormati tradisi luhur bangsa ini, menghargai nilai-nilai perbedaan iman, bahkan, hingga saat ini, Masyarakat Kudus tidak menyembelih sapi, kenapa? Dahulu kala Sunan Kudus, yang membawa Islam di sana, tidak memperbolehkan Masyarakat untuk menyembelih Sapi sebagai sebuah penghormatan pada masyarakat Hindu yang menjadi mayoritas di Kudus saat itu. Karena Sapi merupakan hewan yang dianggap suci oleh Umat Hindu. Toleransi yang mengakar, saling menghormati perbedaan, dan bergandeng mesra dengan adat budaya luhur moyang kita, dengan tidak kehilangan makna keagamaan, menjadikan Islam di Indonesia menjadi sebuah corak keagamaan yang teduh, damai dan lembut.
Jika hari ini banyak ceramah-ceramah Agama dari para Salafi Wahabi yang kaku, tekstual, dan Ekstrem, menyeru bahwa Wayang baiknya ditinggalkan saja, jangan menjadikan tradisi-tradisi selain Islam untuk diamalkan, ini berbahaya. Kajian-kajian semacam ini yang kemudian bisa menggerus Islam Indonesia sebagai sebuah entitas kebergamaan kita, Wahabis itu mencoba untuk terus membersihkan Islam dari nilai-nilai tradisi bangsa ini, dan sekali lagi ini berbahaya. Sikap Ekstrem semacam ini yang kemudian menjadi akar dari kekakuan beragama, yang akan melahirkan sikap-sikap intoleran, bahkan radikal. Ingat, wahabi salafi memang tidak mengajarkan orang menjadi teroris, namun bisa menjadikan orang, selangkah lagi, menjadi teroris. Waspada.
Khalid Basaalamah sudah minta maaf soal Wayang, namun itu tidak menghilangkan esensinya bahwa sikap pikir keberagamaan dia berbahaya bagi Indonesia. Tidak sekali ini dia begitu, dia pernah melarang siswa sekolah untuk tidak ikut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sekali lagi, Wahabisme sangat berbahaya bagi Indoensia, jangan beri ruang bagi para pendakwahnya untuk terus mengkikis corak nuansa keagamaan Islam di Indonesia yang sudah mapan, damai, indah ini. Jika tidak, maka anak cucu kita kelak tidak akan bisa menghirup udara segar bernama indah toleransi, Kebinekaan seperti yang kita hirup saat ini. Apakah kita rela Indonesia seperti negara-negara di Timur tengah sana? Yang bengis, perang dan porak poranda akibat Islam dimaknai dengan kaku, intoleran, dan dijauhkan dari nilai-nilai tradisi adat moyangnya, saya kira jawaban kita akan sama. Terimakasih.