Kemarin baca berita, lagi-lagi terduga teroris ditangkap, kali ini di dua tempat berbeda, satu di Bengkulu tengah, Petani sayur, dan yang kedua, di Bantul, Yogyakarta, pekerjaan sehari-harinya penjual Roti bakar. Sebelum melanjutkan, mari kita beri apresiasi kepada Densus 88 AT Polri yang selalu sigap melakukan tugasnya. Gini Kok Ya kemaren ada yang minta dibubarin, siapa namanya yang anggota Parlemen itu? Ngaco Tenan.
Mari kita lanjutkan pembahasannya, masing-masing kita sepakat bahwa Roti bakar Mamang-mamang gerobak itu hampir semua sama jenis roti yang dipakai, namun hanya berbeda pada varian jenis dan kualitas Toping yang dipakai oleh mereka. Ada yang pelit Ngasih Topingnya ada yang melimpah. Sebentar, sepertinya saya salah pembahasan. Kenapa jadi bahas Roti bakar Mamang-mamang gerobak. Maafkan …
Kali ini kita serius membahasnya, ada dua hal yang menarik untuk kita bahas dan renungkan bersama, pertama adalah, bahwa lingkaran terorisme bisa menjerat siapa pun dari kita. Polisi, aparat penengak hukum apa bisa? Bisa …. Ada Mas Sofyan Tsauri bukan? Masih ingat? Yap, Polisi yang kemudian malah menjadi anggota jaringan terorisme Al Qaeda Asia tenggara, tapi sekarang sudah Insaf beliaunya. Masyarakat biasa dengan berbagai macam latar belakang pekerjaan yang sangat biasa juga, banyak sudah yang terseret pada lingkaran kelompok teroris. Ini artinya apa? Bahwa setiap kita ada potensi untuk terseret, Nah, terseretnya darimana? Jika pada satu gagasan sama dengan kelompok teroris, maka kita akan mudah untuk terikut. Sikap intoleran, Eklusif dan Puritan dalam tindak beragama, suka membid`ahkan dan mengkafirkan sesama Muslim, mempercayai bahwa pemerintahan dan dasar Ideologi negara hari ini adalah buatan Thogut, Jika sudah punya pemikiran seperti itu, sedikit lagi, selangkah lagi, tinggal diajak sama teroris, masuk kita.
Dan kedua adalah, salah pengajian, darimana sikap intoleran, Eklusif dan Puritan dalam tindak beragama, suka membid`ahkan dan mengkafirkan sesama Muslim, mempercayai bahwa pemerintahan dan dasar Ideologi negara hari ini adlah buatan Thogut? Bisa dari niat untuk memperdalam soal agama, namun sayangnya salah pengajian, salah ikut kajian, salah nonton Chanel Youtube, dan salah baca-baca buku tentang Islam. Ini tolong kita waspadai bersama. Jika ingin belajar agama, ikuti kajian-kajian Ustadz yang jelas afiliasinya, kalo sudah Ustadz NU dan Muhammadiyah, aman. Gitu aja. Jangan datang ke kajian-kajian Ustadz-ustadz Wahabi itu, jangan nonton Youtubenya Ustadz-ustadz wahabi itu. Yang sering membid`ahkan, menyalahkan, Eklusif, Ekstrem, sedikit-sedikit haram, apalagi yang mengajak dan menyeru pada Daulah-daulah Islam itu, dan menyalahkan Demokrasi dan Pancasila. Jika isinya sudah begitu, Skip, jauhi.
Karena begini, teroris itu Ndak langsung jadi teroris, bibitnya adalah sikap nilai Intoleran, menyalahkan sesama muslim yang tak sama, mudah mengkafirkan, Nah sejengkal lagi, salah jalan, jadi teroris kita. Apakah lantas kajian-kajian Wahabi itu mengajarkan untuk menjadi teroris? Mengajarkan membuat Bom? Ya Ndak,tapi ajaran-ajaran dan doktrin Wahabi itu menjadi pintu gerbang bagi terorisme, jalan masuk. Doktrin Wahabi tidak mengajarkan terorisme, namun sangat bisa membuat seseroang yang mengikutinya menjadi teroris.
Harus hati-hati betul kita hari ini, kita sendiri, sanak keluarga kita, jaga bersama. Jangan sampai salah pengajian, salah baca buku-buku Islam yang keras-keras itu. Dan satu lagi, jika ada di lingkungan kita, orang baru yang tertutup, Ndak mau berinteraksi dengan tetangga, waspada, laporkan saja. Seperti yang di Bantul itu, yang penjual Roti bakar, kesaksian tetangganya ya seperti itu, tertutup Ndak mau berinteraksi. Kira-kira sampai di sini dulu tulisan saya, terorisme bukan semata tugas Densus 88 AT Polri, Negara untuk memberantasnya, namun terorisme adalah musuh kita bersama, kita harus punya kegelisahan yang sama untuk satu hal yang sangat membahayakn kita dan anak cucu kita, satu bahaya bersama bernama Terorisme. Terimakasih.